Salah satu peserta lomba JSIT Indonesia Wilayah Jawa Tengah |
Banjarnegara (26/11) -- Beragam gelar karya Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) ditampilkan para peserta Lomba Guru dalam Puncak Hari Guru Nasional (HGN) 2022 bertempat di Kompleks SIT Permata Hati, Banjarnegara, Sabtu (26/11) siang.
Para peserta lomba berupaya untuk menampilkan Gelar Karya terbaiknya. Hasil dari pelaksanaan P5 di sekolah masing-masing. Tema yang diangkat dalam lomba ini adalah kearifan lokal. Ada yang mengangkat tentang makanan tradisional bubur sumsum. Ada pula yang menggelar produk batik khas daerah, baik batik tulis maupun jumputan.
Sebagian peserta mengambil tema pertanian dan perikanan, gelaran makanan tradisional, jamu tradisional dari empon-empon, serta buah-buahan khas daerah.
Ada 8 peserta lomba yang berkompetisi menampilkan presentasi dan gelar karya terbaiknya. Mereka adalah pemenang lomba di masing-masing Karesidenan/Korda.
Salah satu peserta lomba, Siti Aminuriyah, S.Ag, S.Pd. dari Korda 2 Surakarta, yang menggelar karya bertajuk nikmatnya bubur sumsum makanan tradisionalku. Ia menyampaikan bahwa gelar karya ini sesuai dengan apa yang telah dilakukan di sekolah bersama guru dan murid di paralel kelas 1 SD Islam Terpadu Nur Hidayah Surakarta, saat kegiatan P5.
"Kami menggelar karya ininsesuai tema yang kami angkat di sekolah. Kebetulan kami baru menerapkan Kurikulum Merdeka pada tahun pelajaran ini, untuk murid-murid kelas 1 dan kelas 4. Jadi apa yang telah kami lakukan itulan yang kami tampilkan," jelasnya.
"Murid-murid mulai dikenalkan dengan tanaman padi dan alat-alat pertanian. Mengenalkan dan mengokohkan Tuhan Yang Maha Pencipta melalui salah satu ciptaannya, yakni padi. Lalu diajak praktik menanam langsung di Amanah Farm. Kemudian murid-murid mengenal produk makanan yang terbuat dari beras, salah satunya bubur sumsum. Lalu murid-murid diajak praktik membuat dan menikmati bubur sumsum," lanjutnya.
Sementara peserta lainnya, dari Karesidenan Pati Dwi Astuti, S.Pd. dari SDIT Umar Bin Khattab, mengangkat Batik Warisan Budaya Lokal.
"Di daerah kami ada desa yang namanya Bakaran. Mayoritas penduduknya berprofesi sebagai perajin batik tulis. Maka hasil kerajinan batiknya dikenal dengan Batik Barakan. Motif yang paling dikenal dan dijadikan dresscode wajib setiap hari Kamis oleh seluruh ASN di Pati, yakni batik motif minapadi," ungkap Dwi Astuti.
"Kekayaan lokal ini kami angkat untuk dikenalkan kepada murid-murid. Mulai dari mengenal bahan dan alat membatik, membuat pola batik pada kain. Memberikan malam pada pola memakai canting, dan langkah selanjutnya hingga kain batik siap dipola dan dijahit," lanjutnya.
"Harapannya menjadi pemahaman, kebanggaan, dan kecintaan pada murid-murid terhadap kekayaan lokal. Sampai pada tahapan mereka dapat melestarikan kekayaan lokal ini di masa mendatang. Menjadi peluang usaha yang dapat menyejahterakan masyarakat," harapnya.
0 komentar :
Posting Komentar