BANJARNEGARA - Pengembangan Profil Pelajar Pancasila merupakan salah satu komponen utama dalam implementasi Kurikulum Merdeka. Proporsi waktunya sebesar 20 hingga 30 persen dari total jam pelajaran dalam setahun. Dalam buku panduan dari Badan Standar, Kurikulum dan Asesmen Pendidikan, dijelaskan bahwa projek penguatan profil pelajar Pancasila berupa proyek lintas disiplin ilmu yang bersifat konseptual dan berbasis pada kebutuhan masyarakat.
Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020-2024, pelajar Pancasila adalah perwujudan pelajar Indonesia sebagai pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan 6 dimensi profil pelajar Pancasila.
Ke-enam dimensi profil pelajar Pancasila tersebut di antaranya adalah: (1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia; (2) Berkebinekaan global; (3)Bergotong-royong; (4) Mandiri; (5) Bernalar kritis; serta (6) Kreatif.
Dalam rangka HGN tahun 2022, JSIT Indonesia Wilayah Jateng menggelar Seminar Online: Profil Guru SIT dalam Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila pada hari Sabtu (15/10) yang diikuti oleh 310 peserta dari Sekolah Islam Terpadu se-Jawa Tengah.
Seminar kali ini mendatangkan dua narasumber yang kompeten. Suyadi, Kepala Seksi Mutasi Dindikpora Kabupaten Banjarnegara menjadi pembicara pertama dengan mengangkat tema mengenai kegelisahan dunia pendidikan saat ini.
Suyadi membuka materi dengan mengangkat tema mengenai pendidikan yang menggelisahkan, ditandai dengan adanya beberapa isu pendidikan saat ini, seperti skor Programme for International Student Assessment (PISA) Indonesia yang masih rendah, kasus kekerasan seksual yang masih membayangi, implementasi Kurikulum Merdeka serta adanya wacana RUU Sisdiknas yang sedang hangat-hangatnya menjadi trending topic saat ini.
Materi tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek, Iwan Syahril mengatakan, terdapat isi pendidikan, di antaranya: pendidikan berkualitas untuk semua, teknologi digital dalam pendidikan, solidaritas dan kemitraan serta masa depan dunia kerja pasca pandemi covid 19.
Closing statement dari Suyadi menyatakan bahwa bagaimanapun kehadiran sosok guru di ruang kelas tidak akan pernah bisa tergantikan dengan teknologi secanggih apapun. "Bagaimanapun upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, kuncinya ada pada ruang-ruang kelas. Bagaimana seorang guru dengan kompetensi yang dimiliki bisa memunculkan prestasi para peserta didik sesuai dengan bakat dan potensinya."
"Apresiasi yang sebesar-besarnya kepada seluruh guru JSIT atas ketulusan dan kerja kerasnya dalam mengabdi di dunia pendidikan sejauh ini." tambahnya.
Pembicara berikutnya merupakan Pembina JSIT Indonesia, Doktor Muhammad Zahri. Doktor Zahri mengemukakan beberapa profil Guru SIT dalam mewujudkan Profil Pelajar Pancasila, di antaranya secara kepribadian dan sosial, yaitu berdaya juang, kompeten, dan cinta tanah air.
Selanjutnya, secara profesional dan pedagogik profil guru SIT adalah guru yang memiliki kapasitas, kapabilitas, adaptabilitas serta intergritas.
Lebih lanjut, Doktor Zahri menyampaikan, kompetensi guru yang diuji dalam JSIT tidak hanya meliputi kompetensi profesional dan pedagogik saja, melainkan kompetensi kepribadian dan sosial yang terus diasah dan ditingkatkan pada setiap guru SIT. Untuk kemudian, dalam setiap 4 tahun sekali akan diadakan uji kompetensi guru SIT melalui sistem Lisensi Sekolah bidang Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
"Kurikulum Merdeka dengan model pembelajaran berdiferensiasi memberikan tantangan tersendiri bagi profil guru SIT untuk menciptakan pembelajaran yang dapat diterima oleh berbagai gaya belajar siswa serta menerapkan berbagai moda asesmen."
Pada akhirnya, teruslah menjadi guru SIT yang menggerakkan, mencerahkan, menginspirasi serta tetap menjaga keikhlasan.
0 komentar :
Posting Komentar